BERANDA

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Friday, November 18, 2022

MALU MANAKALA TELANJANG

 Hanya Sekedar Koleksi Bacaan …

 

Manakala Telanjang Malu di Lihat Gusti Alloh

(Oleh : Sendal Jepit)

 



Sendal Jepit …. Punya cerita ….

Sendal Jepit terlahir dikeluarga yang sangat dan sangat sederhana. Hidup serba kekurangan dan ketiadaan (curhat nih yeee,,,,) dari sudut pandang sendiri.

Tak dapat dipungkiri … dengan serba kekurangan, si bapak, simbok, mba Yu memiliki asa yang tinggi terhadapku. Sendal Jepit masih inget pesan si bapak (suwargi/almarhum) “le … dadiyo wong jujur lan duwur. Ning ojo ngawur, iku dadekne ajur” (nak …. Jadilah pribadi jujur dan tinggi, Tetapi jangan ngawur, itu menjadikan hancur).

  

Alhamdulillah, Sendal Jepit sejak tamat dari MTs. Al Mukarrom – Kauman -  Sumoroto-Ponorogo, tak melanjutkan sekolah (opo meneh mondok, ga duwe ragat) (apalagi pesantren, tak punya biaya). Selama tiga bulan hanya membantu orang mencari rumput untuk sapi piaraan orang lain. Sekali tempo membantu si bapak ngewangi derep (kuli panen padi) disawah orang lain ketika panen.

 

Ngaso dulu …. Ngeja kupi ….

Setelah tiga bulan tak melanjutkan sekolah, akhirnya Sendal Jepit mengadu nasib (hijrah) atau merantau ke Bekasi dan Alhmadulillah merasakan sekolah Aliyah Nurul Huda Bantargebang hingga selesai (rasane legi iso sekolah) (berasa manis bisa sekolah).

 

Ngaso …. Ngaso, nyeduh kupi …

 

Sejak itu Sendal Jepit, dalam laku lampah penuh dengan lelakon (kisah), Sendal Jepit  pernah mengenal tiga orang yang istimewa (versi Sendal

Jepit). 

Ketiganya tinggal di daerah yang berbeda, sikap dan pemaknaan religius mereka tak serupa, dan jenis kesholehan mereka pun berbeda pula.

 

Pertama, H. IHSAN namanya. Dia tinggal di Jati Asih, orang suku Betawi.

Ia seorang taat ibadah dan memiliki sifat “rame ing gawe sepi ing pamrih” (rajin menolong tangpa mengharap imbalan), karena sifat dan perilakunya, banyak orang menyukainya.  Selain itu karena beliau aktif dan dibarisan paling depan jika ada orang sedang kesusahan (wis poko’e okeh).

 

Kupi dingin noh  ….

 

Orang kedua, Ust. ABDUL ROJAK. Beliau memang agak aneh, karena dia memelihara jenggot walupun hanya lima glintir (kaya sila pada pancasila).

Jenggotnya  panjang dan jarang-jarang dan punya kebiasaan mengusap wajah dan jenggotnya.

Dia istiqomah menggunakan songkok hitam agak kemerah-merahan (warna hitamnya ampir ilang, karena seringnya buat sujud). Begitu juga  istiqomah memakai sarung gloyor abang ijo (lampu lalu lintas dong ..) nyaman katanya kalau dipakai lembut dan mudah bukanya.

Beliau berbahasa santun. Tidak berat ketika memberi senyum kepada orang lain. Alasannya: "senyum itu sedekah".

 

Nguyup ….. nguyup ….

 

Dia sangat sayang terhadap anak kecil. Kebiasaanya mengusap kepala anak-anak  yang  selalu  berisik dan pethakilan (kaga mau diem) pada saat salat berjamaah berlangsung. Usapan itu dimaksudkan agar anak-anak tak lagi bikin gaduh. “Yo ….. jenenge bocah yo tetep bocah” (Ya … namanya bocah ya tetap bocah). Biar seribu kali kepalanya diusap, becanda tetap jalan. Seolah mereka khusus dilahirkan buat bikin rusuh di mesjid.

 

Terusin ga ceritanya ….. nanggung ah … terusin

 

"Rame kuwi apik wae,"(rame itu bagus saja) katanya sabar, ketika orangorang lain pada kesal dan dongkol, "karena rame kuwi tondo yen ono uripuripan," (karena rame itu tandanya ada kehidupan), katanya lagi.  "Lagi  pula,  kita  harus  bisa  shalat  khusyuk dalam keramaian itu."

 

Mungkin beliau benar. Buktinya  ia  betah  berjam-jam  zikir  di mesjid. Sering  shalatnya sambung-menyambung tanpa terputus kegiatan lain. Selesai  magrib,  ia  tetap  berzikir  sambil kepalanya terangguk-angguk (kaya burung tekukur … ) hingga isya tiba.

 

Jauh malam, ketika semua orang masih lelap dalam mimpi masing-masing, beliau sudah mulai shalat  malam.  Kemudian  zikir panjang sampai subuh tiba.  

Selesai subuh, beliau zikir lagi, mengulang-ulang sholawat nariyah dan beberapa ayat pilihan sampai terbit matahari,  ketika shalat duha kemudian ia lakukan (layak … disebut seorang hamba penghuni mesjid).

 

Kalau kita sulit menemui para pejabat karena banyak acara, kita sulit menemui Ust. ABDUL ROJAK ini lantaran ibadahnya di masjid yang begitu padat.

 

"Apakah beliau dengan demikian aktif di mesjid karena ingin menjadi tokoh?" Hanya Gusti Alloh dan ia yang tahu.

 

Pernah Sendal Jepit bercakap dengannya setelah  begitu  gigih menanti  zikirnya  yang  panjang  itu  selesai. 

Akhirnya ….Saya katakan padanya, bahwa kelak bila punya waktu banyak, saya ingin selalu zikir di mesjid seperti Ust. Saya tahu, kalau sudah pensiun (kaya pegawe bae), saya akan punya waktu macam itu.

 

"Ya kalau sempat pensiun," jawabnya.

 

"Maksud Ust. ABDUL ROJAK?"

 

"Memangnya kita tahu berapa  panjang  usia  kita?  Memangnya kita tahu kita bakal mencapai usia pensiun?"

 

"Ya, ya. benar, Ust," saya merasa terpojok

 

"Untuk mendapat sedikit bagian dunia, kita rela menghabiskan seluruh waktu kita.  Mengapa kita keberatan menggunakan beberapa jam sehari buat hidup kekal abadi di surga?"

 

"Benar, Ust. ABDUL ROJAK. Orang memang sibuk mengejar dunia."

 

"Itulah. Cari neraka saja mereka. Maka, tak bosan-bosan saya ulang nasihat bahwa orang harus shalat sebelum disholatkan." (tubuh Sendal Jepit ngedregdeg ….)

 

Mungkin tak ada yang salah dalam sikap Ust. ABDUL ROJAK. Tapi kalau saya takut,  sebabnya kira-kira karena ia terlalu menggaris bawahi bernada "ancaman".

 

Nyruput kupi lagih ….

 

Akhirnya …. Sendal Jepit membandingkannya dengan orang yang ketiga.  Beliau seorang haji, seorang guru Madrosah, guru ngaji, guru spritual, tokoh panutan (wis poko’e multi telenan).

Beliau seorang imam di sebuah langgar (Musholla) kecil. Namanya Haji IRFAN SANUSI, orang Bantargebang asli.

 

Meskipun ibadahnya tak seperti Ust. ABDUL ROJAK, kita bisa merasakan kehangatan imannya. Waktu Sendal Jepit tanya, maaf kang Haji, sampean “kalo shalat ko’ sebentar, dan doanya begitu pendek, cuman baca istighfar (mohon ampun). 

Beliau bilang bahwa, ia tak ingin  minta aneh-aneh. Ia malu kepada Gusti Alloh. Ia merasa telanjang dihadapan Gusti Alloh.

 

"Bukankah Gusti Alloh sendiri menyuruh kita meminta dan bukankah Ia berjanji akan mengabulkannya? … seperti QS. Al-Mu’min ayat 60"

 

"Itu betul. Tapi …… minta atau tidak, kondisi kita sudah dengan sendirinya memalukan. Kita ini cuma sekeping jiwa telanjang, dari hari ke hari nerima berkah soko Gusti, tanpa pernah  memberi.

Gusti Alloh memang Maha pemberi, termasuk memberi kita rasa malu. Kalaulah rezeki dari Gusti Alloh kita makan, mengapa rasa malu-Nya tak kita gunakan?" Ucap Kang Haji IRFAN SANUSI.

 

Ngaso dulu ….. Sendal Jepit mulai lemes ….

 

Bergetar sekujur seluruh tubuh Sendal Jepit, keringat dingin mulai bercucuran (awakku rasane kembroh kringet …. Ora amargo sumuk …. What is the meaning sumuk)

  

Untuk pertama kalinya Sendal Jepit merasa ISIN (malu) hari itu. Seribu malaikat, nabi-nabi, para wali, dan orang-orang suci langsung di bawah komando Gusti Alloh ….seakan serentak mengamini ucapan Kang Haji IRFAN SANUSI ini.

 

"Perhatikan di masjid-masjid, Musholla, Langgar, Surau, jamaah yang minta kepada Gusti Alloh kekayaan, tambahan rezeki, naik gaji, naik pangkat. Mereka pikir Gusti Alloh itu kepala bagian kepegawaian

(personalia) di  kantor  kita.

Gusti Alloh kita pujo-puji karena akan kita mintai sesuatu. Ini bukan ibadah, tapi dagang. 

 

Sabar  …. Sabar mas ….. ojo nesu

 

Mungkin bahkan pemerasan yang tak tahu ISIN (malu). Gusti Alloh kita sembah, lalu kita perah rezeki dan berkah-Nya, bukannya kita sembah karena kita memang  harus menyembah, seperti QS, Al Fatihah ayat 5," katanya lagi.

 

Ambekan (nafas) Sendal Jepit sesak. Sendal Jepit tatap wajah Kang Haji IRFAN SANUSI ini baik-baik. Selain keluhuran batin, di wajah yang mulai  menampakkan tanda ketuaan itu terpancar ketulusan iman. 

Kepada Sendal Jepit, Kang Haji IRFAN SANUSI itu jadinya menyodorkan sebuah cermin.  Tampak di sana, wajah Sendal Jepit retak-retak.  Sendal Jepit ISIN melihat diri sendiri. 

Betapa banyak Sendal Jepit telah meminta selama ini, tapi betapa sedikit Sendal Jepit memberi. 

Mental yang korup dalam ibadah itu, ternyata, bagian selimut hangat dari laku lampah kita dalam keseharian.

Manakala Telanjang dan Malu di Lihat Gusti Alloh

 

 

 

Wallohu a’lam bishowab …

Al Fakir ….. Sendal Jepit

 

Mohon maaf, jika ada kesamaan nama, alamat, dll

 

Terima kasih

Wassalam

 

 

No comments:

Post a Comment

Boleh usul tapi ga boleh usil